Sama Tapi Tak Serupa (unfinish story)
SERUPA
TAPI TAK SAMA
Hari
yang cerah, saat itu seorang gadis bertubuh tinggi tidak gemuk dan tidak juga
kurus, yang mengenakan baju putih berlengan panjang dilapis dengan Hem hitam
dengan lengan pendek dan dibagian dada sebelah kirinya terdapat symbol SMA LynSide
berjalan riang menuju sekolah barunya. Dengan rok payung mengembang setinggi
lutut, Ia mulai menyapa teman-teman barunya yang melewati lorong sekolah
barunya itu.
Yup,
Reka adalah gadis yang ceria. Ia memang sering berpindah sekolah, ini adalah ketujuh
kalinya Ia harus mulai menyesuaikan dengan sekolah barunya tersebut. Tapi Ia
selalu bisa menyesuaikan diri dengan cepat, karena banyak pengalaman yang telah
Ia lalui.
Melewati
taman sekolah yang begitu indah, langkah Reka terhenti sejenak. Ia menatap
taman itu, lalu menghirup udara pagi sambil menengadahkan kepalanya ke langit
yang saat itu cerah sedikit berawan.
Tiba-tiba
dari arah samping kanan Reka terdengar suara memanggil namanya, “Reka!”.
Seketika itu juga Reka menoleh, seorang cowok berwajah imut tersenyum seperti
melihat ke arahnya. “Siapa dia?”, kata Reka dalam hatinya. Ia tidak ingat siapa
sebenarnya cowok itu. Tapi melihat wajahnya yang cerah dan manis itu, Reka
tersenyum menyambutnya. Tapi apa disangka, saat Reka hendak melambaikan tangannya,
terdengar suara agak kesal dari arah belakang Reka, “Oi, kemana aja loe, gua
cari juga!!” kata cowok dengan rambut hitam pekat yang sedikit acak-acakan
melewati samping kanan Reka menuju cowok imut yang ada di depannya. Mereka
terlihat akrab dan langsung pergi meninggalkan Reka. “Dasar cowok tengil ganggu
aja”, gumam Reka pelan kepada cowok yang seperti merebut paksa cowok imut yang
memanggil namanya tadi.
Reka
bingung, Ia tak mampu berkata-kata. Wajah cerah cowok imut itu berlalu
dihadapannya. Tanpa tahu apa maksud cowok itu memanggilnya tadi. Reka berpikir
untuk menemuinya nanti.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 06:55 pagi. Reka menuju ruang Kepala Sekolah untuk
menemui wali kelasnya. Sesampainya disana, dia langsung diserahkan kepada Wali
Kelasnya, dan kemudian di ajak ke suatu kelas yang sedari jarak 50 meter sudah
terdengan keributannya.
Ibu
Wiwik wali kelasnya, masuk ke kelas itu diikuti oleh Reka yang berjalan agak
malu-malu. Serentak kelas menjadi tenang dan semua wajah melihat kearah Reka. Reka
hanya bisa senyum meringis sambil menatap semua mata yang sedari tadi
melihatnya dengan seksama. Terlihat pula cowok imut yang tadi memanggil
namanya. Reka mulai bersemangat lagi.
Dengan
ramah dan berwibawa, Ibu Wiwik membuka suasana di kelas itu dan mempersilahkan
Reka untuk memperkenalkan dirinya sendiri. Bisik-bisik ramai mulai terdengar
lagi. Tapi Reka langsung menyelanya dengan berdehem, “Eh hem, maaf sebelumnya,
perkenalkan nama saya Tereka Tista Rosa, tapi panggil saja Reka. Saya dar..”
Kata-kata Reka langsung dipotong oleh seorang siswa yang langsung berkata,
“Woii, Reka dua tuh,, hahahaha”, disambut tawa oleh yang lainnya, “Iya, Rek,
kembaranmu tuh,,,” Dan disambut gelak tawa oleh seisi ruang kelas XA tersebut.
“He?
Apa maksudnya tadi? Reka? Ada Reka yang lain?”, pikir Reka dalam hatinya. Kelas
yang mulai riuh tersebut terpaksa dihentikan oleh Ibu Wiwik, “Diam anak-anak.
Maaf Reka kamu pasti bingung ya?” Reka sedikit mengangguk menatap kearah Ibu
Wiwik. “Jadi gini, di kelas ini juga ada yang bernama Reka. Nah, itu anaknya di
pojok kiri belakang yang dari tadi tidur kayak kebo ga bangun-bangun, padahal
kelas sudah seperti pasar.”, canda Bu Wiwik mencairkan lagi suasana dan
disambut oleh gelak tawa seisi ruang kelas lagi.
Reka
hanya bisa terpaku, mulai mengamati sosok Reka yang lain lalu melihat ke arah
cowok imut yang duduk di samping Reka. “Tolong Reka dibangunkan Rex”, pinta Bu
Wiwik kepada salah satu siswa yang duduk di samping Reka. Seketika itu juga
Reka lupa akan masalah Reka dan hanya memikirkan Rex, cowok imut yang
memanggilnya tadi pagi. Agaknya Reka masih penasaran dengan cowok itu.
Akhirnya
Reka cowok terbangun dan saat menengadahkan wajahnya, mendadak Reka cewek kaget
dan keceplosan, “cowok Tengil!”, sambil menunjuk ke arah Reka yang masih
terkantuk-kantuk, mendadak seisi kelas heboh penuh gelak tawa. Reka reflex langsung
menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Tiba-tiba
Angga, seorang siswa dari arah kanan kelas mencoba menenangkan kelas. Reka
agaknya bersyukur dengan tindakannya. Tapi tidak disangka, Angga mulai berkata,
“Rek, ini cewekmu? Manis juga. Kenal dimana? Boleh dong digangguin. He he he”,
katanya sambil tertawa ke arah Reka. Reka yang sudah sadar langsung terlihat
marah. Tapi anehnya, dia melihat ke arah Reka dan berkata dengan nada tinggi, “
Siapa loe bikin keributan aja. Ganti nama sana!”. “Apa loe bilang?! Loe aja
yang ganti nama!”, timpal Reka cowok tidak mau kalah.
“Kalian
jodoh kali, biasanya sih wajah yang mirip, tapi nama juga ga apa-apa.”, kata
salah seorang siswa yang dilanjutkan oleh tawa sebagian besar siswa. “Oi, minta
dibantai loe!”, kata Reka cowok membalas kata-kata cowok itu.
“Tenang-tenang,
“kata Bu Wiwik menyudahi pertengkaran di dalam kelas XA itu. “Kalian ini, Reka
siapa suruh pakai kata-kata sekasar itu di dalam kelas! Kesini kamu, ikut saya
ke ruang guru.”, tegas bu Wiwik sambil mempersilahkan Reka cewek untuk duduk di
bangku kosong di belakang Rex dan segera pergi bersama Reka cowok menuju ruang
guru.
Reka
cewek memang sudah tidak memperdulikan Reka cowok, dia hanya sedih, ternyata
yang tadi pagi, hanya suatu kesalahpahaman dengan si cowok imut Rex. Tapi Reka
bersyukur, karena dia belum sempat bertanya kepada Rex. Reka melewati Rex
sambil tersenyum, Rex pun membalasnya dengan ramah dam mulai mengajak reka
ngobrol.
Pelajaran
mulai berlangsung seperti biasa, Reka dan Rex mulai akrab, tapi saat Reka cowok
kembali ke kelas, dengan wajah marahnya menatap ke arah Reka cewek sambil
berkata, “ Jangan dekat-dekat!”. Reka cewek menatapnya sejenak tapi langsung
tidak memperdulikannya. Ia kembali ke arah Rex dan mulai ngobrol lagi. Rex
memang anak yang ramah dibanding dengan Reka cowok.
Merasa
tidak dihiraukan, Reka cowok mulai kesal. Tapi sebelum kekesalannya meluap, Rex
sudah menghentikannya denagn membisikkan sesuatu seakan Rex tahu apa yang akan
dilakukan oleh Reka cowok. Reka mulai bisa menahan emosinya dan kembali
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik bersama Rex. Karena tahu Rex
melakukan itu untuk melindungi Reka cewek, Reka hanya bisa diam dan mengikuti
pelajaran juga.
Waktupun
terus berlalu, tanpa terasa sudah waktunya pulang sekolah. Hari ini Reka tidak
bisa mendekati Rex sama sekali. Rex dimonopoli penuh oleh Reka Tengil, begitu
Reka menyebutnya.
Comments
Post a Comment
Ayo berkomen ria,,, he3x,,,