Tak Kusangka (cerpen SMA)

TAK KUSANGKA

            Di sebuah diskusi kecil keluarga, “Angie (dibaca Enji), dari dulu papa tidak pernah mengekangmu, untuk kali ini turutilah papa dan mamamu ini”, kata ayah Angie dengan wibawanya.
            Sambil makan keripik singkong kesukaan Angie bertanya, “Sebenarnya ada apa sih Pa? Kok aneh bener. Tiba-tiba aja ngomongin masalah yang ga jelas. Jadi curiga, kayak ada yang salah nih.”
            Dengan agak takut ibu Angie berkata, “Begini Angie, sebenarnya kamu sudah dijodohkan sejak kecil”, langsung dipotong oleh Angie, “Apa! Dijodohin? Ga salah? Ini zaman apa Ma, Siti Nurbaya aja udah ga terdengar lagi batang hidungnya. Pokoknya Angie ogah kalau kayak gini caranya!”, membentak dan segera masuk ke kamarnya.
            Ibunya menyusul tapi pintunya terkunci dan hanya bisa mengetuk dan berkata, “Angie, mama mohon. Kamu jangan ngambek dulu. Ga ada salahnya kan dilihat dulu. Siapa tahu kamu suka. Ibu sudah buat janji dengan orang tua Reka, besok malam mereka akan datang untuk makan malam dan ketemu kamu. Mama mohon, kamu mau ya.”
            Terdengar suara ibunya yang memohon, Angie tetap mengacuhkannya dan berkata sambil membentak, “Sekali ga mau tetep ga mau!”.
            Esok harinya di sekolah, Angie menceritakan semua masalah tentang perjodohan itu kepada temannya, Rola. Dia adalah sahabat Angie dari kecil. Rola ga tahu musti gimana ngeliat temennya uring-uringan. Akhirnya Rola hanya bisa memberi saran yang membuat Angie berhenti uring-uringan, “Angie (dibaca Angi bukan Enji, untuk di sekolah dan dipergaulannya) ntar malem kamu kabur aja, sebelum tu cowok datang. Tapi sebenernya kalau menurutku sih, kamu lihat aja dulu, sapa tahu kamu suka. He3x..”, canda Rola yang bikin suasana jadi adem.
            “Enak aja kamu La, iya kalau cakep, kalau ancur? Kamu mau tanggung jawab?”, balas Angie yang akhirnya disusul tawa oleh kedua sahabat itu.
            Sepulang sekolah, Angie terus berpikir tentang rencananya untuk kabur. Masalah ini membuat dilema dirinya (hiperbolis nih). Ga tahu kenapa, tapi ada sedikit rasa untuk melihat siapa yang dijodohkan dengannya. Penasaran sepertinya. Tapi Angie tetap membulatkan tekadnya.
            Malamnya setelah ia disuruh ibunya untuk bersiap-siap, ia mulai diam-diam keluar lewat jendela. Dengan sedikit perjuangan, akhirnya Angie berhasil keluar. Ia terus berlari kearah taman dekat rumahnya. Dipikirnya, taman itu adalah tempat persembunyian yang bagus. Dengan nafas terengah-engah, akhirnya ia tiba di taman, segeralah ia duduk di ayunan favoritnya.
            Disitu, ia merasakan ketenangan. Tapi ini terlalu tenang baginya. Ia mulai bingung, mungkin agak sedikit takut telah hinggap di benaknya. Betapa tidak, taman yang biasanya ramai dipenuhi pengunjung, ternyata ketika malam tiba-tiba terasa menyeramkan. Ditambah lagi dengan lampu taman yang hanya remang-remang. Ia mulai paranoid sendiri.
            Di tengah keparanoidannya, sesosok tubuh tinggi tiba-tiba mendatanginya. Pikirannya semakin kalut dan akhirnya ia mulai berteriak. “ Arrrggggghhhhhh!!!”.
            “Hey, kamu kenapa? Biasa aja donk. Kayak liat hantu aja”, katanya sehingga Angie memberanikan diri untuk melihat kearah orang tersebut. Wajah yang keren dan lembut yang berbalut hem berwarna putih itupun mengulurkan tangannya kearah Angie yang duduk di atas tanah.
            Sambil menarik tangan Angie, ia berkata, “Ayo kita duduk di bangku taman di sana”. Angie hanya mengangguk. Ia masih bingung rupanya.
            Akhirnya mereka duduk dan Angie memulai pembicaraan dengan orang tersebut, “Aku Angie (dibaca Angi bukan Enji), kamu?”. “Aku Rex. Ngapain kamu sendirian di taman ini malem-malem?”, tanyanya ingin tahu. “Aku lagi ada masalah di rumah nih, ruwet banget”, kata Angie sedikit menjelaskan.
            “Cerita aja, aku mau dengerin kok”, katanya dengan wajah lembut yang membuat Angie terpesona pada pandangan pertama. Tapi Angie berpikir sejenak dan berkata, “Ah, ga usah. Ruwet banget deh, susah jelasinnya. Complicated bangetlah”, kata Angie menolak karena ia malu menceritakkan bahwa ia dijodohkan. Tengsin bahwa di zaman yang serba modern ini, masih aja ada acara perjodohan kayak gini.
            Sambil menatap mata Angie yang membuat Angie sport jantung setengah mati, Rex berkata, “Ya ga papa kalau kamu ga mau cerita”, sedikit kecewa. Lalu kata Angie, “Kalau kamu sendiri, kenapa ada di sini? Lagi ada masalah juga?”.
            “He3x.. Ga mau cerita ah. Sekarang kita impas”, sambil tertawa Rex sedikit menjaili Angie. Merekapun akhirnya akrab. Sambil bercanda ria, Rex pun pamitan pulang karna hari sudah menunjukkan pukul 9 malam. Angie pun pulang karena takut keluarganya heboh kalau Angie belum juga pulang.
            Sesampainya di rumah, Angie dimarahi habis-habisan. Uang sakunya dipotong 50% selama sebulan. Ini adalah hukuman terberat buat Angie.
            Esok harinya di sekolah, Angie dengan teman seganknya memulai kegiatan mereka saat istirahat, yaitu kumpul-kumpul bareng di gudang sekolah yang ga terpakai. Mereka biasanya hanya ngobrol bareng, ngerjain PR, dan melakukan hobi mereka di gudang yang terbengkalai itu.
            “Ngie, kamu dah liat siswa baru lom? Katanya cakep lo, jadi pengen liat nih. He3x..”, kata Rola sambil cekikikan sendiri.
            “Ah, pasti kalah cakep kalau dibandingin Rex, yang aku certain tadi. Pokoknya aku dah ga tertarik dengan yang lain. Aku cuma mau Rex”, kata Angie mantap. “Iya deh yang lagi kesemsem sama cowok ga dikenal, tapi lo bego ga tanya nomer HPnya”, kata Rola ada benarnya. “Iya sih Rol, aku nyesel. Gimana ya bisa ketemu doi? Begonya diriku ini”, kata Angie menyesal. Balas Rola sambil bercanda, “Baru nyadar nih kalau bego, ha3x..”, disusul dengan tawa anak-anak lain.
            Saat di kelas, banyak murid lain yang menggosipkan murid baru yang tadi diceritakan oleh Rola. Angie and the gank jadi penasaran juga. Mereka pengen ngeliat langsung gimana sih kegantengannya sehingga membuat satu sekolah heboh.
            Istirahat kedua mereka memulai pencariannya, namun Icha teman segank Angie datang dan mulai menjelek-jelekkan murid baru itu, katanya, “Emang dasar cowok cakep smuanya sama, belagu! Sombong banget!”, sambil terus mengumpat dan Angie bertanya, “Maksud kamu murid baru yang ‘itu’?”, langsung dijawab dengan emosi oleh Icha, “Iya! Masak aku cuma ajak kenalan aja sikapnya cuek banget. Sebel!”. “Wah musti diberi pelajaran nih Ngie”, usul Rola yang juga jengkel.
            “Bener kan kataku, Rex itu nomer satu.”, kata Angie membanggakan pujaannya. Oke, kalau gitu kita labrak dia sekarang, biar tahu rasa dia udah bikin masalah sama anggota genk kita. O ya, ngomong-ngomong siapa namanya?”, tanya Angie kepada Icha.
            “Dia Reka, iya kita labrak aja. Bikin kesel aja. Mang siapa sih dia!”, jawab Icha sambil terus marah-marah. Lalu mereka segera mencari orang yang bernama Reka itu.
            Saat berada di taman sekolah, Angie melihat sesosok tubuh yang iya kenal. Dia begitu kegirangan, segera ia menghampiri sosok itu. Tapi baru satu langkah ia berjalan, Icha langsung berkata, “Itu dia orangnya. Akhirnya ketemu juga”, sambil menunjuk pada sosok yang akan dituju oleh Angie.
            Angie mulai bingung. Itu Reka atau Rex? Itu yang dipikiran Angie. Akhirnya Angie memutuskan bahwa itu adalah saudara kembar Rex. Dipikiran Angie, Rex adalah saudara yang baik sedangkan Reka adalah saudara yang jahat. Angie mulai mengingat-ingat, “Kayaknya pernah denger nama Reka deh, dimana ya?”, tapi hanya sebatas angin lalu.
            Angie mulai mendatangi Reka dan mulai melabrak Reka, “Hey kamu cowok belagu!”, Reka menoleh dan terlihat sedikit kaget. “Kamu kok ga sama kayak saudaramu yang baik sih! Heran! Saudara tapi kok sifatnya beda banget.”. “Kamu kenal Reka, Ngie?”, tanya Rola sedikit bingung.
            Reka hanya tersenyum dan menjawab, “Maksudmu siapa? Perasaan ak… “Itu, Rex saudara kembarmu.", potong Angie. “Dia orangnya baik kok kamunya enggak! Kalau diandaikan ya, Rex itu malaikatnya dan kamu iblisnya tahu!”,kata Angie sok tahu.
            Reka tampak berpikir sejenak, agaknya dia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Angie. “Kamu suka ya sama Rex?”, kata Reka menjebak.
            Angie malah kebingungan mendengar pertanyaannya yang tak terduga. Ia hanya memikirkan perkataan untuk membalas pertanyaan Reka, “Kalau iya kenapa? Dia kan lebih baik. Kalau dia nembak aku, pasti langsung aku terima!”. “Ngie, kok jawabanmu ngelantur jauh sih?”, tanya Rola yang semenjak tadi bingung dengan percakapan Angie dan Reka. Tapi tetap tidak dihiraukan oleh Angie.
            Reka mulai tersenyum lebar yang membuat Angie luluh lantah tak bisa berbuat apapun (hiperbolis lagi he3x..). Senyumnya begitu mirip dengan Rex. Tunggu tapi dia kan bukan Rex. Dia si jahat Reka. Itu yang dipikiran Angie.
            Lalu Reka berkata, “Kalau gitu, aku nembak kamu sekarang. Berarti kamu udah nerima kan? Oke, sekarang kamu udah jadi pacarku.".
            “Lo kok bisa?”, kata Angie yang tambah bingung mendengar kata-kata Reka. Lalu Reka menarik tangan Angie dan membawanya kesuatu tempat yang jauh dari keramaian. Angie lebih bingung lagi sekarang.
            Lalu Reka menatap Angie sambil tersenyum dan ia berkata, “Angie, aku itu Rex dan aku juga Reka.”. Angie tambah bingung mendengar perkataan Reka. Setelah melewati perjalanan yang sangat panjang untuk menceritakan hal yang sebenarnya, akhirnya Angie mulai mengerti. Reka juga menceritakkan perihal ia cuek pada teman Angie, Icha. Itu karena Icha terlebih dahulu menghina teman baru Reka, Bobby.
            Reka dan Angie memulai hari barunya. Mereka telah resmi jadian. Tapi Angie mulai bingung lagi. Ia teringat dengan masalah perjodohannya. Akhirnya ia menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Reka. Reka mulai berpikir dan akhirnya ia mendapat ide yang sebenarnya sedikit nekat. Reka dan Angie setuju untuk menemui keluarga Angie dan menjelaskan tentang hubungan mereka. Mereka berjanji untuk bertemu di rumah Angie sore hari pukul 4.
            Pukul 4 hampir tiba, tapi batang hidung Reka sama sekali tak kelihatan. Angie telah menceritakan semuanya pada ayah dan ibunya. Ibunya bingung, tapi ia berbuat sebisa mungkin agar Angie tetap pada perjodohannya. Angie hanya bisa berkata, “Sebentar Ma, dia pasti datang.”. “Iya, tapi kapan? Mungkin dia tidak serius dengan mu. Lebih baik kamu memilih anak teman Mama yang lebih bisa diandalkan.”, kata ibu Angie membujuk Angie tetap pada perjodohannya.
            Hari telah menunjukkan pukul 5 sore. Angie menghubungi Reka namun tidak ada jawaban sama sekali. Angie mulai cemas. Ayah dan ibu Angie mulai beranjak pergi dari ruang keluarga. Angie kecewa.
            Pukul 9 malam, pada hari yang sama, terdengar suara ketukkan pintu. Angie masih berharap Reka yang datang. Ia segera membukakan pintu. Benar, ternyata itu memang Reka. Dengan nafas yang terengah-engah Reka berkata, “Maaf Ngie, aku baru bisa kabur sekarang. Orang tuaku ga ngijinin aku untuk ketemu kamu.”. Lalu Angie menyuruh masuk dan membawakan segelas air untuk Reka. “Rek, ga papa kamu telat yang penting kamu datang. Aku udah seneng banget kok. Tapi kenapa orang tuamu ga bolehin kamu buat ketemu aku?”, tanya Angie sedih.
            “Sama kayak kamu Ngie, aku juga udah dijodohin. Rumah cewek itu juga deket rumah kamu. Inget ga waktu kita pertama kali ketemu di taman dekat sini? Itu waktu aku mau dijodohin.”, kata Reka menjelaskan.
            “Hah! Sama dong. Waktu itu juga aku mau dijodohin. Masak ada ya kebetulan kayak gini. Apa hari itu hari baik buat jodohin anak ya. Para orang tua yang aneh”, Angie sedikit bercanda.
            Reka mulai berpikir, “Ngie, jangan-jangan,”, Reka memutus perkataanya sebentar. Ibu Angie datang ingin tahu siapa yang datang. Ibu Angie melihat Reka sejenak, agak kaget dan berkata, “Lo, Reka kok ada di sini? Disuruh Mama ya buat ketemu Angie (dibaca Enji)?”, tanya ibu Angie heran.
            “Angie (dibaca Enji) tante? Ngie (dibaca biasa) jadi nama kamu Angie?”, selidik Reka. “Iya, Angie (Enji) kalau di rumah dan Angie (Angi) kalau di sekolah. Mang kenapa? Apa kamu kenal sama Mama Aku, kok Mama kenal kamu?”, tanya Angie bingung.
            “Ya ampun Ngie, yang dijodohin itu kita. Dengan semuanya yang serba kebetulan ini, sekarang aku jadi ngerti.”, kata Reka kepada Angie yang akhirnya mulai mengerti.
            “Jadi kapan nih kita menikah Rek”, tanya Angie sedikit usil, segera disambar oleh ibu Angie, “Siapa bilang kalian langsung menikah, Mama kan bilang kalian dijodohkan!”, kata ibu Angie yang disusul oleh tawa ria mereka bertiga.

Created by: Ly_Le2    

Comments

  1. nicee cerpeenn! Kamu suka anime sama drama asiaa? aku jugaa sukaa :D
    salam kenal yaaah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih.. iyalah suka,, hahahha salam kenal juga.. :D

      Delete
  2. bagus mba cerpennya...bikin lagi ya.....

    ReplyDelete

Post a Comment

Ayo berkomen ria,,, he3x,,,

Popular posts from this blog

Buat Blog Kayak Punya Ku (Part 1)

Ksatria Baja Hitam RX Versi Indonesia

Ghost At School / Gakkou No Kaidan Versi Indonesia