Ternyata Hanya Mimpi (Cerpen sewaktu SMA)
TERNYATA HANYA MIMPI
Sore hari yang menyenangkan. Saat
itu aku sedang berada di halaman belakang rumahku. Tiba-tiba seorang anak
laki-laki yang manis, tersenyum, menghampiriku, dan berkata, “Mau ga kamu jadi
pacarku?”, dengan senyumnya yang terangkat sebelah.
“Haah!”, teriakku dalam hati yang
pastinya ga bisa didengar oleh siapapun juga kecuali aku. Dengan wajah yang
kebingungan dan perasaan yang tak menentu, aku hanya bisa bertanya sambil
terheran-heran, “Apa alasannya?”.
Jawab anak yang sedang berada di
depanku itu, “Hm, Apa ya? Mungkin karna aku sayang sama kamu”. Anak itu menatap
lekat-lekat kepadaku dan berkata lagi, “Mungkin kamu masih bingung ya, buat
jawabannya, aku tunggu kamu besok di taman belakang sekolah jam 2 siang setelah
pulang sekolah. Oke, aku ga bisa nunggu nih, aku harus pergi sekarang. Sampai
ketemu besok ya.”, pergi berlalu sambil melambai dengan girangnya.
….
Aku yang baru saja terbangun, langsung
ke kamar mandi, setelah itu aku bergegas berangkat sekolah karena waktu sudah
menunjukkan jam 6:45.
Setibanya di sekolah, bel tanda
dimulainya pelajaranpun berbunyi, akupun memulai pelajaran pertamaku di kelas
10. Saat pelajaran, aku teringat kembali dengan apa yang terjadi sebelumnya. Aku
agak bingung, sebenarnya itu mimpi atau kenyataan. Mimpi yang begitu indah atau
kenyataan yang tak mungkin terjadi pada siswi biasa seperti Aku.
Oke,
untuk membuktikannya, aku akan pergi ke taman belakang sekolah nanti siang. Aku
sih berharap itu semua nyata. He3x.. Tapi dia terlalu manis buat aku yang
biasa-biasa ini. Aku musti seneng apa sedih sih? Heran.
Seusai
sekolah aku langsung pergi ke taman itu. Aku terlalu ingin bertemu dengan dia
dan membuktikan apa dia benar-benar nyata atau hanya mimpi belaka. Aku terus
melangkah, namun beberapa detik kemudian aku ragu untuk terus melangkahkan
kakiku. Aku heran, aku kan ga tahu siapa
namanya dan bagaimana dia tahu aku? Pertanyaan itu terus ada dibenakku.
Apa
dia dulu secret admireku? Terus sekarang berani nembak aku? He3x.. Mimpi kalee
ya. Mana pernah ada orang yang jadi pengagum rahasiaku. Kayak di
sinetron-sinetron aja. Ah, lebih baik aku kesana sekarang untuk tahu lebih
jelasnya.
Akhirnya
sampai juga di taman. Mana ya dia? Mm.. Bener ini cuma mimpi. Kecewa berat nih
aku. Sambil terus merengut, aku berjalan ke arah ayunan yang sedari tadi
berayun memanggil orang untuk berayun. Aku duduk dan terus melihat sekeliling.
Banyak orang lalu lalang, tapi tak ku dapati dia berada di taman ini.
Aku
menghela nafas panjaaang sekaliii dan tepat pada saat itu, pandanganku tertuju
pada sesosok hewan mungil menggemaskan. “Meong”, katanya seperti memanggilku.
Aku yang memang suka kucing langsung menghampiri kucing itu dan mengelus
bulunya yang lembut.
Sedang
asyiknya aku bermain, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakangku, “Maaf
Kak, itu kucingku, tadi lepas”, sambil terisak anak itu mendekat dan mengelus
kucing itu, “Pus-pus jangan pergi lagi ya. Nana sedih, Kak Riyal juga
cari-cari”. Sambil berdiri melihat sekeliling, pandangannya tertuju pada
seseorang yang aku cari-cari dari tadi, “Kak! Sini deh Pus-pus dah ketemu nih”.
Busyet,
itu bukan mimpi ya! Dia ke arahku, aku musti gimana nih. Aku belum siap buat
jawabanku. Aku belum mikir. Tuhan tolong kasih aku waktu untuk mikir. Aku terus
berpikir tanpa memperdulikan sekitarku.
Dia
mendekat dan berkata, “Makanya jangan bawa kucing ke sekolah dong Na”, berbalik
ke arahku, “Jadi kamu yang nemuin Pus-pus ya? Makasih ya”, katanya sambil
tersenyum seperti waktu ia menembak aku.
“Iya!”,
jawabku tiba-tiba. Jadi, aku sudah resmi jadi pacarnya nih? Ya ampun, kok aku
langsung jawab sih? Harga dirimu kemana Lea? Aku dan unek-unekku yang terus
bermunculan.
“Wah,
Kakak semangat banget, makasih ya Kak, Nana seneng deh”, ucap gadis cilik yang
sedari tadi mengelus-elus kucing yang dipanggilnya Pus-pus itu.
“Iya
nih, Kakak seneng banget”, seneng apa bingung nih, aku stress mendadak
nih. Jadi aku udah pacaran? Jadi,
adiknya sudah merestui ya. (maaf pembaca, mungkin Lea emang agak telmi atau
sangat ya?)
“O
ya, besok kita berangkat sekolah bareng ya?” , kataku untuk membuka percakapan
diantara aku dan orang yang saat ini sudah menjadi pacarku.
Agak
kaget dia menjawab, “Hah, iya, boleh deh, o ya sapa namamu? Kita kan belum
kenal. Aku Riyal”, sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan ke arahku.
Ah, dia sok ga kenal, padahal kemaren dia kan nembak aku. Sambil senyum-senyum
sendiri akupun menjabat tangannya dan berkata, “Aku Lea, salam kenal, semoga
hubungan kita semakin baik saja”. (menjawab tanpa dosa)
(Dipikiran
Riyal, “Gila ni cewek terus terang banget?!”.)
“Oke
kalau gitu gimana kalau sekarang aku, eh aku sama Nana nganter kamu pulang,
biar besok aku bisa jemput kamu. Gimana?”, kata Riyal tepat menuju sasaran.
Jawabku
tiba-tiba, “Ide yang bagus tuh, ayo sekarang aja”. Aku menarik tangan Riyal
dengan akrabnya.
Aku
dan Riyal, eh dan Nana juga sekarang semakin akrab. Ga sungkan pula kami
ejek-ejekan nama. Sesampainya aku di rumah, aku masih tidak percaya dengan apa
yang barusan terjadi tadi. Aku punya pacar? It’s truly impossible for me! But I
like it. He3x..
Akhirnya
aku dan Riyal, sekarang tanpa Nana menjadi semakin akrab. Ga biasanya aku bisa
akrab dengan cowok seperti sekarang ini. Aku ngerasa nyaman deket dengan Riyal.
Riyal pacar pertamaku. Aku sayang banget sama Riyal.
Akhir-akhir
ini terdengar kabar yang ga mengejutkan buat aku tapi membuat Riyal kebingungan
setengah mati. Kabar ini mengenai “The Couples of The Week” di mading. Namaku
dan Riyal terpampang diurutan yang pertama.
“Aduh
biasa aja dong Yal”, kataku menenangkan.
“Gimana
bisa biasa aja, ini kan ga bener!”, agak membentak dan kasar.
“Hah!
Ga bener gimana? Emang selama ini ki…”, kata-kataku terpotong oleh jawaban
Riyal yang tak terduga sebelumnya.
“Kita
pacaran? Ya ga mungkinlah Lea, kapan kita pernah jadian?”, katanya sambil
berlalu pergi.
….
Setibanya di rumah aku mulai kalut.
Apa benar waktu dia nembak aku hanya mimpi? Apa aku yang bodoh menganggap mimpi
sebagai kenyataan? Gimana aku bisa sebodoh ini? Gimana bisa aku menampakkan
wajahku di hadapan Riyal? (kayaknya Lea stress deh, he3x..)
Keesokkan harinya mataku bengkak.
Tapi aku tetap harus masuk sekolah, karena hari ini ada ulangan Matematika
kesukaanku. Aku ga mau masalah aku dan Riyal menghambat prestasiku.
Sesampainya di sekolah aku berusaha
untuk menghindari Riyal. Untung saja Riyal kelas 12. Dan aku kelas 11. Jadi
kami ga bisa ketemu di kelas. Saat istirahat, aku lebih memilih pergi ke UKS
untuk sembunyi dari kejaran Riyal yang dari tadi pagi langsung mengejar ketika
melihatku. Aku ga sanggup ngomong apa-apa lagi. Aku terlalu malu.
Akhirnya jam sekolahpun usai, aku
selamat dari kejaran Riyal dan seharusnya begitu. Saat aku hendak keluar
gerbang sekolah, ada yang menarik tanganku ke belakang. Saat aku menoleh, aku
ga bisa berkata apa-apa lagi. Air mataku bercucuran seketika. Riyal yang
menarik tanganku pun bingung harus berbuat apa.
“Kamu kenapa Lea, kok nangis? Aku
salah apa? Dari tadi kamu menghindar terus?’, katanya cemas.
Aku hanya bisa diam, tapi air mataku
terus mengalir tidak bisa dikendalikan.
Aku ga tahu harus bagaimana. Yang pasti pada saat itu Riyal terus
memegang kedua tanganku sambil menunggu jawaban dari mulutku. Aku semakin tidak
bisa berbuat apa-apa lagi.
Akhirnya Riyal mulai berbicara
lagi,”Lea, kamu jangan kayak gini terus, aku bingung. Aku mulai sadar ga ada
kamu ada sesuatu yang hilang. Aku ga tahu itu apa. Tapi sangat mengena di hati.
Mungkin aku sudah jatuh hati sama kamu. Aku hanya takut untuk tahu perasaanmu
yang sebenarnya.”
Air mata Lea akhirnya berhenti mengalir, “Apa? Kamu bilang apa?”, aku ingin
lebih yakin lagi.
“Maaf soal yang kemaren, aku terlalu
kasar. Aku ga tahu harus berbuat apa. Aku takut kamu malah akan menjauh karena
berita di sekolah.”, katanya langsung dan langsung kupotong.
“Bodoh! Tahu gini kan aku ga perlu nangis
semalaman.”, sambil mengusap air mata di mataku.
“Maaf Lea, ga lagi-lagi deh.”,
katanya sambil tersenyum manis kepadaku.
Aku memulai, “Jadi kapan kamu nembak
aku?”, pipiku memerah. Aku ga mau seperti dulu, aku ingin kepastian, dan saat
inilah saat yang tepat menurutku. Aku ga akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Wajah Riyal agak memerah, ia tersipu
malu dan berkata, “Sekarang aja gimana?”.
TAMAT
Created
by: Ly_Le2
Comments
Post a Comment
Ayo berkomen ria,,, he3x,,,